Rumah

Selasa, 13 Desember 2016

Coretan Indah

KAMU

Kamu adalah misteri bagiku, kehadiran mu membuat ku mengalihkan duniaku setiap ku lihat mata mu seakan akan jiwa mu masuk ke dalam lubuk sanubariku yang paling dalam. Walaupun itu hanya sementara tetapi ku menikmati proses kehidupan ini dengan penuh sukacita dan selalu yakin kepada takdir allah bahwa sesuatu yang milik kita pasti akan kembali kepada kita.
Dunia oh dunia hanya fatamorgana, itu merupakan suatu perumpamaan yang sering kita dengar namun selalu kita lupakan ketika asyik dengan keindahannya. Kamu lagi yang hadir dalam pikiran ku dan menjadikan semua yang menjadi focus tujuan ku menjadi kabur sementara demi jalan menemukan kamu.
Al quran menjadi pilihan ku, semua yang dikerjakan seakan seakan sia ketika semua dilampiaskan kepada nafsu dunia dan untung nya ada penolong batin ku yaitu kamu dan alquran menjadi petunjuk agar semua yang mengalihkan perbuatan ku dikembalikan kepada alquran dan jelaslah Allah SWT menerangkan melalui wahyunya kepada hamba – hambanya “ dan ingatlah ketika allah berkehendak untuk terjadi maka terjadilah” tentram lah hati ini.

Bandung, 3 Desember 2015
Ardhian P. Bintang

SENDU MERINDU

Binaran sendu menyapa kala sang malam mengetuk. Membiarkan dirinya tenggelam dalam selimut kemelut. Sementara tangannya bertaut, angannya terbang menuju kabut. Menenggelamkan sang Empu dalam lautan ragu.
Ia pun terduduk, kala sang bulan meredup. Semilir angin mengantarkan sepucuk panggilan ilahi, kala hati kian berkeluh. Bibir keringnya mulai bergerak, menciptakan irama tersendiri kala membalas panggilan sang Ilahi. Matanya pun berbinar cerah saat panggilannya terhenti.
Goyah, tungkai kakinya bangkit. Menopang raga yang rapuh demi menghadap Sang Maha Perkasa.
Bak air bah, air matanya membasahi alas sujud. Menyadari malam yang berlalu sia-sia; Bergelut dengan sendu yang merisaukan, kala banyak siluet diluar sana berdiri menghadap-Nya. Seyogyanya rindu pada sesama membawa sendu, lantas mengapa diri tak kunjung rindu pada-Nya?

Sore hari di Bandung, kala langit menatap sendu
Wyandhika Muharani R.


CAHAYA

Gambaran awal yang akan kita pikirkan mengenai sebuah kata yang bernama “cahaya” adalah suatu benda yang memiliki pigmen – pigmen terang didalamnya. Begitupun kita tarik kepada dalam diri kita bahwa cahaya itu ada di dalam hati kita betapapun kita menyangkal nya hati kita memiliki cahaya yang terang ataupun gelap tergantung kita menyikapi nya, mengapa seperti itu mari di tinjau lebih jauh.
Qalbu pasti ada dalam setiap insan manusia yang harus kita pelihara sebaik mungkin agar cahaya dalam qalbu selalu cerah terang benderang tanpa selimut kegelapan dari sebuah perbuatan yang tidak baik.
Bandung, 4 Desember 2015
Ardhian P. Bintang

PORORO

Himpun jejak acapkali kulakukan setiap kaki menapaki teritorimu. Seolah bias langkahmu teraba jelas, aku mampu mengikuti arah gerakmu. Seolah siluetmu membekas, aku tekun berjalan di balik punggungnya.
Samar, aku mengenalimu. Setelah sekian waktu kulewati untuk menggarap jejakmu. Aku mengenalimu, lewat kisah sang dinding pucat disana. Lewat perbincangan tanpa suara, yang membawaku terbang.
Terbang. Hanya pada titik ini, aku bisa merabamu. Menggarap jejakmu, yang seringkali terlalu licin untuk kujejak, persis seperti danau es di antah berantah. Menggarap jejakmu, dari ribuan kilo di balik awan. Tak ada minat untukku membumi untuk sesaat. Tak ada minat untukku menapaki tanah, mengiringi setiap langkah tegapmu. Karena saat aku mencoba membumi, sebuah awan gelap akan membayangi; tak ada lagi kepercayaan diri untuk terbang kembali.
Hai, Pororo! Seperti kisahmu dalam layar kaca, bisakah kau buat sayapmu?
Karena sejatinya, kepintaran tidak lebih berarti disbanding iman, Kepintaran tidak lebih berarti disbanding cerdas, Kepintaran tidak lebih berarti kala diri tenggelam dalam ujub, Tenggelamlah dalam rendahnya diri, dalam dekapan iman

Bandung, 4 Desember 2015
Di balik tampilan MyOB

Wyandhika Muharani R.